Ketika nasib perut 22 orang berada di tangan kita.
Ketika memasak menjadi sebuah kewajiban, pekerjaan sehari-hari, dan sebuah rutinitas.
Ketika pasar dan dapur adalah tempat nongkrong paling asyik, haha...
Memasak, tak pernah terbayang harus memasak untuk lebih dari 10 orang. Terkadang memasak untuk diri sendiri masih sering gagal, hehe... Tapi di sini mau tidak mau, suka tidak suka, harus biasa masak..
Piket yang terjadwal. Malam hari, sebelum tidur, sudah pusing untuk menentukan menu makan hari esok. Disamping kebanyakan dari kita tidak bisa memasak dan ada beberapa orang yang tidak menyukai jenis makanan tertentu, maka kita harus pintar-pintar memilih menu makanan, huhu... cukup sulit..
Jam 5 pagi sudah terbangun untuk pergi ke pasar. Ketika di pasar, terkadang harus berebut dengan ibu-ibu lain yang sedang berbelanja juga, apalagi dikarenakan pasar ini cukup tidak lengkap. Sepulang dari pasar sudah sibuk menyiapkan sarapan. Setelah itu menjalani aktivitas seperti mengajar ke sekolah, berkunjung ke rumah warga, dsb. Sepulangnya, memasak lagi untuk makan siang. Setelah beristirahat sejenak, sore hari telah sibuk menyiapkan untuk makan malam. Serasa bekerja di sebuah rumah makan.. haha..
Namun dari sini kita belajar, kita yang biasanya jarang menyentuh dapur, jarang belanja ke pasar, kita jadi tahu beberapa hal. Kita juga jadi menyadari bahwa ibu kita yang setiap hari memasak sangatlah sabar dan ikhlas. Dari sini juga kita lebih menghargai yang namanya makanan. Tidak lagi memilih-milih makanan, tidak lagi membuang-buang makanan..
By: fiafia