fia

Bandung, Indonesia
+62 - 8522...
zulfianizulkarnaini@yahoo.com

Ipung Jilid #1

31/07/2011 09:59

 

 
Waw,..
Mungkin kata ini yang bisa saya utarakan untuk menggambarkan perasaan saya saat dan setelah membaca buku ini. Novel yang saya tolak dua kali, hihi.. Setiap hari sabtu saya pergi ke tempat baca buku untuk meminjam beberapa novel #maklum masih mahasiswa ga punya cukup duit buat beli buku. Ketika saya memilih-milih, saya sempat melirik buku ini, namun karena covernya yang menurut saya mirip majalah (padahal kata kakak dan adik saya ga seperti cover majalah ko, hmm, entahlah...) membuat  saya tidak tertarik untuk melihatnya. Sabtu berikutnya saya melirik lagi buku ini, saya pegang dan saya lihat-lihat sebentar, lalu saya simpan lagi di rak. Dan sabtu berikutnya, tepatnya sabtu kemarin, saya telah memegang dua novel yang akan saya pinjam. Namun, entah mengapa saya terarah kembali menuju buku tersebut. Alhasil saya baca sinopsisnya, saya baca komentar-komentar pembacanya, dan saya baca sebagian isinya. Oh, ternyata ini novel toh, bukan majalah, hehe... Baiklah saya akan meminjam buku ini.
 
Dan ternyata, waw, ini buku bagus, sangat bagus malahan.. Ipung oh Ipung, bukan saja Paulin, Pa Bakri, atau Marjikun yang terpengaruh oleh sikapnya, saya pun ikut terhipnotis dengan sikap Ipung. Memang benar apa kata Adi Prasetya- Produser Program Khusus Liputan 6 SCTV : “diam-diam saya mengidolakan kehadiran Ipung dalam dunia nyata”.
 
Ipung seorang anak kampung, mampu menempuh pendidikan di SMA ternama. Ipung yang miskin tak pernah merasa minder, lebih tepatnya selalu berusaha untuk tidak minder. “Soedirman itu jenderal, Soeharto juga jenderal. Keduanya dari desa. Soekarno itu presiden, Susilo Bambang Yudoyono juga presiden. Keduanya juga dari desa. Kesimpulannya, semua orang hebat adalah wong deso. Karena itu kamu jangan minder, meskipun kamu wong deso.” Ipung selalu mempunyai pemikiran yang berbeda dari orang lain dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi disekitarnya. Sederhana, tetapi dahsyat.
 
Dan saya sangat tidak sabar untuk membaca Ipung jilid #2.
 
 
 “... hidup ternyata begini aneh. Ada orang miskin tapi ada yang lebih miskin. Ada yang lebih miskin tapi ada yang jauh lebih miskin lagi. Siapa yang paling miskin? Tidak ada. Last but not least. Pasti ada yang lebih miskin dari yang paling miskin. Misteri. Ya, ya misteri.”
 
HTML Comment Box is loading comments...