fia

Bandung, Indonesia
+62 - 8522...
zulfianizulkarnaini@yahoo.com

Chick lit, genre novel tidak berkulitas?

18/07/2011 14:01

 Akhir-akhir ini saya lagi sering baca buku yang begenre chick lit. Nggak banyak juga sih judul chick lit yang udah saya baca. Setelah pencarian di google dan dari novel-novel chick lit yang saya baca, saya cukup bisa menyimpulkan bahwa chick lit merupakan novel yang berisi tentang kehidupan perempuan berkisar umur 20hingga 30 tahun. Chick lit berasal dari kata chick yang berarti perempuan muda dan literature yang berarti tulisan. Chick lit hanya berbicara seputar perempuan, belanja, kosmetika, pakaian, sepatu hak tinggi, karir, dan perempuan yang mengejar cintanya.

Novel genre ini menyajikan hal-hal yang sederhana dan ringan. Seperti novel Shopaholic karya Sophie Kinsella yang bercerita tentang Becky yang gila belanja, Match Game (Versi Keren Diriku) karya Beverly Brandt yang bercerita tentang perubahan diri Savannah Taylor menjadi orang lain yang ia pikir itu akan membuat hidupnya lebih bahagia, dan novel-novel lainnya yang mengangkat permasalahan perempuan.                  

           

Mungkin sebagian orang mengangap novel jenis ini bukanlah novel yang sangat berkualitas, dilihat dari tema yang diangkat kebanyakan hanya seputar kehidupan perempuan fashionable mengenakan sepatu stiletto dengan ambisinya untuk hidup ideal. Bahkan  menurut Maureen Lynch Cooke,  banyak ahli sastra yang tidak mengakui chick lit sebagai sebuah karya sastra.

Namun, menurut saya, novel jenis ini menyajikan hal sederhana dan memang itulah yang terjadi pada kenyataannya. Memang terlalu banyak masalah yang dihadapi perempuan, apalagi antara usia 20 hingga 30 tahun. Dan memang seperti itulah perempuan, yang mempermasalahkan hal-hal kecil dalam hidupnya (seperti sibuk mempermasalahkan jerawat kacil yang tumbuh didahinya, dan berasa dunia akan hancur jika banyak orang yang memperhatikannya).

Seperti yang tercantum dalam novel Being Twenty  – Something Is Hard karya Dewi Pravitasari, “beratnya hidup yang dijalani oleh orang dalam fase umur 20 hingga 29 tahun, dan sebagian orang di awal umur 30-an. Semua orang ingin hidup ideal, hidup yang bahagia dan sesuai dengan yang diinginkannya, tanpa harus bersusah payah atau bersyukur atas apa yang telah dimilikinya. Hal itu wajar, karena di fase ini mereka masih memiliki ambisi yang besar, mimpi setinggi langit serta energi yang luar biasa besar. Padahal hidup itu tidak selalu ideal, bahkan lebih sering terasa pahit”. 

HTML Comment Box is loading comments...